Berita  

Lebih bagus mana Blogger (Blogspot) / WordPress ?

Ilustrasi Grafis 5G Internet.png
Ilustrasi Grafis 5G Internet.png
Ketika ditanya pilihan2, seperti kenapa ngeblog pakai WordPress? kok milih web server Nginx? atau pakai server OS Debian/Ubuntu (kerja harian di macOS) kenapa? saya biasanya milih dengan dua tahap pendekatan. Pertama, mana yang “industry standard” di antara pilihan2 itu agar mudah saat nyari panduan dan penyelesaian2 masalah. Kedua, bila pilihan pertama terlihat mulai ditinggalkan atau harganya jadi enggak ngotak, saya bakal cari alternatif industry standard ke-2, ke-3, dst. sembari nunggu kali aja tarif pilihan pertama kelak turun.
Sebagai penulis konten/blogger, sependek yang saya tahu ngeblog itu ya umumnya pakai wordpress, hampir tak ada perdebatan soal itu, user base/komunitas WP gede dan segala macam panduan setting, troubleshoot, dll. melimpah ruah di internet. Sementara saat bicara web server, setahu saya dulu itu sebuah web ya pakai Apache. Sayangnya Apache kayak mulai ditinggalkan gitu. Maka itu, waktu beberapa tahun lalu belajar VPS, saya sekalian kenalan dengan Nginx sebagai penggantinya yang alhamdulillahnya sampai sekarang cocok.
Contoh kasus lain yang agak keluar dari dunia web/server2-an,awal2 belajar home recording dulu saya pakai DAW (digital audio workstation) Pro Tools yang merupakan industry standard. Sayangnya untuk aktivitas rocording/mixing-mastering yang sekadar hobi, Pro Tools itu dulu terlalu mahal. Lalu saya sempat beralih ke Studio One yang harganya tidak mencekek leher, bahkan ada yang versi gratis. Beruntung baru-baru ini Pro Tools merilis paketan subscription $9.99/mo yang relatif terjangkau, sehingga saya kini bisa balik pakai Pro Tools lagi.
Kembali ke soal pilihan ngeblog dengan WordPress. Ketika aktivitas blogging saya itu hanya berkutat pada konten tulisan dan gambar, dimana pembaca/visitor datang hanya untuk membaca sebuah tulisan, maka biaya blogging dengan WP ya sangat2 murah. Sependek pengalaman saya, web/blog artikel itu sebenarnya tidak perlu fitur aneh2 nan ajaib, beberapa plugin atau theme gratisan pun sudah lebih dari cukup. Biaya blogging saya medio 2009-2014 silam hanya Rp300K/tahun, konkretnya hosting 200K + domain 100K di Dracoola.
Terus sekarang biaya blogging-nya berapa per bulannya? Masih relatif sama dari sisi theme dan plugin, nol rupiah. Semua blog2 saya pakai theme gratis Basic-nya Themify. Sementara untuk plugin, saya tidak pakai. Kebetulan saya “selo”, jadi ada waktu untuk Googling2 nyari contekan script dari plugin/fungsi/fitur yang diinginkan. Kalau dari pengalaman saya yang cuma modal Googling2, hampir semua tutorial oprek2 segala fitur/fungsi WP di Google ada. Seperti di muka saya tulis, karena komunitasnya gede, tutorial WP melimpah ruah.
Lantaran tutorial WP melimpah ruah, banyak fitur blog saya kini jalan tanpa plugin. Mulai dari list2 konten sematjam baca juga” (random post) tengah konten, related post bawah konten, atau popular/recent post sidebar. Berikutnya ada juga breadcrumb, XML Sitemap, schema structured data, indexing API, advertorial di loop/index (native), resource hints (Preload + Preconnect), on-the-fly image manipulation (query arguments), SVG Path untuk logo/pernak-pernik, Signed HTTP Exchange (SXG), dll. yang semuanya cuma moda tutorial di Google.
Fitur2 yang saya sebutkan di atas terbilang standar atau biasanya ada di theme/plugin gratisan. Soalnya dulu fitur2 di atas kebanyakan juga dari plugin gratisan, sebelum saya gantikan (hapus) satu2 usai Googling2 “[fitur/fungsi yang diinginkan] without plugin” lalu ketemu panduannya. Kesimpulannya, untuk bermain di blog2 artikel dengan WP, pengeluaran yang disiapkan lazimnya hanya di domain + hosting. Tidak ada biaya tambahan, misal kalau di saya belum butuh bayar content writer (CW) karena basic kemampuan saya sendiri tukang ketik.